Miliki Merchandise Pramuka Terbaru di Kedai Pramuka Online
Ketika Pramuka Tak Bisa ke Luar Negeri: Mundur dari Semangat Global yang Ditanamkan Sultan HB IX
Ketika Pramuka Tak Bisa ke Luar Negeri: Mundur dari Semangat Global yang Ditanamkan Sultan HB IX
Siapa yang tak kenal sosok Sultan Hamengku Buwono IX? Bukan cuma pahlawan nasional dan tokoh penting dalam sejarah kemerdekaan Indonesia, beliau juga menjadi tokoh sentral dalam dunia kepramukaan. Sebagai Ketua Kwartir Nasional (Kwarnas) pertama setelah Gerakan Pramuka resmi berdiri pada 1961, Sultan HB IX selalu mendorong agar pramuka Indonesia aktif di level internasional. Dalam pandangan beliau, adik-adik pramuka bukan hanya penjelajah hutan dan penghafal sandi morse, tapi juga Duta Bangsa yang membawa nama baik Indonesia di dunia.
Sayangnya, semangat itu kini mulai pudar.

Table of Contents
Ketika Pramuka Tak Bisa ke Luar Negeri
Keputusan Kontroversial: Batal Ikut World Scout Moot 2025
Tiga bulan lalu, sebuah keputusan dari pimpinan Kwarnas bikin geger dunia pramuka. Indonesia batal ikut dalam kegiatan 16th World Scout Moot di Portugal yang akan digelar Agustus 2025. Padahal, 24 pramuka dari Aceh dan berbagai daerah lain sudah mendaftar dan membayar biaya secara mandiri. Tak ada dana dari Kwarnas yang dikeluarkan, tapi tetap saja partisipasi mereka dibatalkan.
Alasannya? Efisiensi anggaran.
Kebijakan ini sontak mendapat kritik dari berbagai pihak, termasuk Priyo Mustiko, tokoh senior pramuka dan Ketua Dewan Kerja Penegak dan Pandega Yogyakarta era 1970-an. Menurutnya, kebijakan ini bukan hanya mengecewakan, tapi juga mundur ke belakang. “Ketua Kwarnas Kak Sultan Hamengku Buwono IX dan pimpinan Kwarnas berikutnya selalu mendorong pramuka Indonesia berpartisipasi di dunia internasional,” kata Priyo.
Bukan Sekadar Kegiatan, Ini Soal Identitas dan Diplomasi
Mengikuti kegiatan kepanduan internasional seperti Jambore Dunia, Scout Moot, atau konferensi regional bukan sekadar jalan-jalan atau senang-senang. Lebih dari itu, ini adalah ajang diplomasi budaya. Pramuka Indonesia yang hadir ke luar negeri adalah representasi bangsa. Mereka bertukar pikiran, budaya, pengalaman, dan tentu saja menjalin persaudaraan lintas negara.
Kak Priyo tahu persis pentingnya keikutsertaan internasional ini. Tahun 1967, beliau menjadi peserta Jambore Dunia di Idaho, Amerika Serikat. Dari pengalaman itu, ia belajar banyak hal yang tak mungkin ia dapatkan di sekolah atau perkemahan lokal. “Di sana, kita bukan hanya mewakili Kwarda atau Kwarnas, tapi membawa nama Indonesia. Kita tunjukkan bahwa kita bangsa yang bersahabat, kreatif, dan penuh semangat perdamaian,” kenangnya.
Efisiensi yang Salah Arah?
Tentu, pengelolaan dana organisasi sebesar Gerakan Pramuka perlu bijak. Tapi yang disayangkan adalah saat “efisiensi” dijadikan alasan untuk memutus kesempatan emas bagi generasi muda. Apalagi, jika seluruh biaya kegiatan sudah ditanggung peserta secara mandiri.
Kalau alasannya adalah karena Pramuka Indonesia sedang menunggak iuran keanggotaan WOSM (World Organization of the Scout Movement), mestinya hal itu jadi motivasi untuk memperbaiki tata kelola, bukan malah menutup pintu ke luar negeri. Menurut data terbaru, tunggakan iuran WOSM mencapai sekitar 800 ribu dolar AS atau setara Rp 12,8 miliar. Ini bukan jumlah kecil, tapi juga bukan tak mungkin diselesaikan.
Pramuka Indonesia: Raksasa yang Tertidur?
Dari total 50 juta anggota pramuka di dunia, setengahnya berasal dari Indonesia. Artinya, kita adalah kekuatan besar dalam gerakan kepanduan global. Tapi, ironisnya, suara kita melemah karena masalah internal seperti tunggakan iuran dan keputusan birokratis yang tidak berpihak pada pengembangan generasi muda.
“Gerakan Pramuka organisasi besar di negara besar, punya kekuatan besar juga, asal dikelola dengan visi yang benar,” kata Anis Ilahi, Ketua Dewan Kerja Penegak dan Pandega Yogyakarta periode 1987-1991. RM.ID
Dan memang benar, potensi kita luar biasa. Tapi apa gunanya jumlah besar kalau tak bisa diberdayakan? Kalau pintu internasional tertutup karena alasan internal, maka Indonesia sebagai negara pun ikut kehilangan panggung di arena persaudaraan dunia.
Duta Bangsa yang Gagal Berangkat
Kita sering dengar istilah Duta Bangsa. Biasanya, itu diberikan pada atlet yang bertanding di luar negeri, musisi yang konser di luar, atau delegasi resmi dalam forum internasional. Tapi jangan lupa, adik-adik pramuka juga punya peran serupa.
Mereka berangkat ke luar negeri bukan untuk liburan. Mereka membawa bendera merah putih, memperkenalkan budaya Indonesia, dan membangun jembatan persahabatan dengan pemuda-pemudi dari berbagai belahan dunia.
Saat mereka batal berangkat, bukan hanya mereka yang kecewa. Tapi kita semua kehilangan kesempatan untuk memperkenalkan wajah ramah dan dinamisnya Indonesia kepada dunia. Jangan lagi kejadian Ketika Pramuka Tak Bisa ke Luar Negeri.
Kembali ke Semangat Sultan HB IX
Sudah waktunya Kwarnas kembali pada semangat yang ditanamkan Sultan Hamengku Buwono IX: membangun Pramuka Indonesia sebagai gerakan pendidikan yang aktif secara global, progresif, dan membawa nilai-nilai Pancasila dalam pergaulan dunia.
Efisiensi boleh, tapi jangan sampai membunuh mimpi dan semangat adik-adik kita. Kalau masalahnya soal dana, ayo cari solusi bersama. Bisa dari gotong royong nasional, optimalisasi aset, hingga dukungan dari pemerintah sebagai pembina utama.
Jangan sampai kita dikenang sebagai generasi yang menutup pintu dunia untuk anak-anak muda Indonesia, hanya karena alasan administratif dan birokrasi.
Penutup Ketika Pramuka Tak Bisa ke Luar Negeri: Pramuka Bukan Hanya Soal Baris-Berbaris
Pramuka adalah gerakan pendidikan karakter, bukan sekadar baris-berbaris dan lomba pionering. Ini tentang kepemimpinan, persaudaraan, semangat sosial, dan keterlibatan global.
Saat kita menutup akses ke dunia internasional, kita sedang mempersempit cakrawala anak-anak muda kita. Dunia luar adalah laboratorium belajar yang tak ternilai. Di situlah mereka belajar toleransi, komunikasi lintas budaya, dan semangat kerja sama global.
Mari kita dukung agar Pramuka Indonesia kembali berdiri tegak di pentas dunia, jangan kejadian lagi Ketika Pramuka Tak Bisa ke Luar Negeri, seperti dulu, seperti harapan Kak Sultan. Jangan biarkan semangat itu redup oleh kepentingan sesaat.
Karena Pramuka, seperti kata Kak Priyo, adalah duta perdamaian yang membawa pesan persaudaraan bagi dunia.
Artikel lain yang berkaitan Ketika Pramuka Tak Bisa ke Luar Negeri:
https://news.republika.co.id/berita/szsohk318/gemma-pramuka-minta-kwarnas-serius-bayar-tunggakan-keanggotaan-wosm
https://rm.id/baca-berita/nasional/273990/kwarnas-pramuka-mesti-serius-membayar-tunggakan-iuran-keanggotaan-wosm
Yuk gabung Whatsapp Channel kami!
Follow kami di Telegram! & Instagram